Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Tiga pemimpin agama Samawi lintas negara menyerukan penghentian kekerasan di Gaza melalui sebuah surat terbuka bertajuk “Abrahamic Plea to Israel”. Seruan ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap situasi kemanusiaan di Gaza dan berakar dari perjumpaan lintas iman dalam proyek internasional 1000 Abrahamic Circlesyang diprakarsai oleh Founder & Chairman Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal.
Surat ini ditandatangani bersama oleh Reverend Ryhan Prasad, Pendeta di Khandallah Presbyterian Church, Wellington, Selandia Baru; Rabbi Elliot Baskin, Associate Rabbi di Temple Emanuel, Denver, Amerika Serikat; dan Imam Alaa Elzokm, Imam di Elsedeaq Islamic Society, Melbourne, Australia.
Menurut Dino, seruan ini istimewa karena lahir langsung dari para pemimpin agama Samawi yang telah melalui proses dialog dan keterlibatan nyata dalam Abrahamic Circles.
“Mereka menumbuhkan kepercayaan, empati, dan rasa tanggung jawab moral bersama. Dari sanalah lahir suara moral yang otentik,”kata Dino dalam konferensi pers daring, Selasa, 9 September 2025.
Dalam suratnya, ketiga pemimpin agama menegaskan bahwa penderitaan di Gaza bukan konflik agama, melainkan persoalan politik yang menuntut penyelesaian adil. Mereka menolak kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Israel maupun Hamas, serta mendesak:
* Penghentian segera semua kekerasan
* Pembebasan tahanan Israel yang masih ditawan
* Akses penuh bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa hambatan
* Keterlibatan PBB dan media internasional untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi
“Sebagai anak-anak Abraham, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi kehidupan, menghentikan penderitaan, dan membangun masa depan damai. Agama harus menjadi jembatan, bukan penghalang,” tulis mereka dalam surat tersebut.
Menjawab pertanyaan jurnalis, Imam Alaa menegaskan bahwa konflik Israel–Palestina bukanlah konflik teologis.
“Muslim, Yahudi, dan Kristen telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Menggiring konflik ini sebagai perang agama hanya akan menambah ketidakadilan, Islamofobia, dan antisemitisme,”ungkap Imam Alaa.
Rabbi Elliot menambahkan bahwa solusi politik seperti opsi dua negara masih menjadi jalan paling realistis.
“Kita berdoa agar Israel dan Palestina dapat sama-sama memiliki tanah air, hidup setara, dan damai,”ujar Rabbi Elliot.
Sementara itu, Reverend Ryhan menyoroti pentingnya solidaritas global dan peran generasi muda dalam melawan kebencian.
“Anak-anak muda dari komunitas Yahudi, Muslim, dan Kristen harus menolak Islamofobia dan antisemitisme, sekaligus memelihara persaudaraan lintas iman,”kata Reverend Ryhan.
Melalui konferensi pers ini, FPCI bersama para pemimpin lintas iman berharap surat Abrahamic Plea to Israel dapat ditandatangani lebih banyak tokoh agama Samawi di seluruh dunia, sekaligus menjadi seruan moral untuk mengakhiri penderitaan di Gaza.
Baca juga: Dasco Temui Presiden Prabowo, Bawa Aspirasi Serikat Ojol Soal Perlindungan Pekerja
Editor: Redaksi TVRINews