
Manuver Politik Elon Musk di Eropa: Ancaman atau Peluang bagi Uni Eropa?
Penulis: Fityan
TVRINews, London
Setelah membantu Donald Trump memenangkan pemilu di Amerika Serikat, Elon Musk kini mengalihkan perhatiannya ke Eropa, memicu alarm di kalangan politisi benua itu.
CEO Tesla dan SpaceX tersebut secara terbuka mendukung partai sayap kanan jauh, Alternative for Germany (AfD), yang saat ini berada di bawah pengawasan badan intelijen domestik Jerman karena dugaan ekstremisme.
Dalam unggahan di platform media sosialnya, X, Musk menyatakan bahwa hanya AfD yang mampu menyelamatkan Jerman, serta menulis opini di surat kabar Welt am Sonntag yang menyebutkan bahwa Jerman berada di ambang kehancuran ekonomi dan budaya.
Dia juga dijadwalkan untuk berbicara langsung dengan Alice Weidel, pemimpin AfD, menjelang pemilu Jerman pada 23 Februari Nanti.
Langkah Musk ini menuai reaksi keras dari para pemimpin Eropa. Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebut keterlibatan Musk dalam politik Jerman sebagai hal yang mengkhawatirkan.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahaya kekuatan tak terkendali di tangan para miliarder teknologi yang dapat merusak institusi demokrasi.
Di Inggris, Musk melontarkan kritik tajam kepada Perdana Menteri Keir Starmer, menyebutnya sebagai pemimpin tiran yang harus dipenjara.
Musk juga menuduh Starmer gagal mengadili pelaku kejahatan seksual terhadap anak-anak saat menjabat sebagai Direktur Penuntutan Publik Inggris, tuduhan yang dengan tegas dibantah oleh Starmer.
Musk menggunakan platform X untuk mempromosikan pandangan politiknya, sering kali dengan retorika kontroversial.
Postingan-postingannya penuh dengan serangan terhadap politisi, dukungan terhadap akun sayap kanan, dan kritik tajam terhadap regulasi media sosial di Eropa.
Uni Eropa telah meluncurkan penyelidikan terhadap X terkait penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi, sementara Jerman mempertimbangkan dampak preferensial Musk terhadap AfD selama periode pra-pemilu.
Namun, beberapa analis melihat Musk sedang mencoba mengulangi keberhasilannya di Amerika Serikat.
Andrew Chadwick, profesor komunikasi politik di Universitas Loughborough, menyebut Musk sebagai "baron pers gaya lama" yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan pengaruh politiknya.
Namun, langkah ini bisa berisiko bagi bisnisnya. Data menunjukkan penurunan signifikan dalam pendaftaran mobil Tesla di Eropa, terutama di Jerman.
Meski demikian, para analis mencatat bahwa politik Eropa semakin bergeser ke kanan, dan Musk tampaknya bertaruh pada tren ini.
Felipe Munoz, analis senior di Jato Dynamics, mengatakan bahwa strategi Musk mungkin berhasil dalam jangka panjang.
"Eropa sedang bergerak ke kanan, dan dia memainkan permainan yang sama seperti di AS," ujar Munoz.
Editor: Redaktur TVRINews