
Foto: Menteri Agama, Nasaruddin Umar (TVRINews/HO-Kemenag)
Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Amerika Serikat
Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menerima gelar kehormatan Doctor of Divinity (Honoris Causa) dari Hartford International University for Religion and Peace, pada Jumat, 16 Mei 2025.
Penganugerahan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya dalam memajukan dialog lintas agama dan perdamaian global. Dalam sambutannya, Nasaruddin menyampaikan rasa syukurnya atas penghargaan tersebut.
“Alhamdulillah, hari ini saya mendapatkan kehormatan berupa gelar Doctor Honoris Causa dari Hartford International University. Penghargaan ini merupakan kepercayaan yang sangat berarti, dan semoga dapat saya pertanggungjawabkan untuk bangsa dan umat,” kata Nasaruddin dalam keterangan tertulis, dikutip pada Sabtu 17 Mei 2025.
Kemudian, Menag menuturkan bahwa kedekatannya dengan Hartford bukan hal baru. Ia merasa kampus ini sudah seperti rumah kedua.
“Saya tidak merasa seperti tamu di sini. Setiap kali datang ke Hartford, rasanya seperti pulang,” ucapnya.
Gelar kehormatan ini menjadi simbol penghargaan terhadap kiprah Menag dalam membangun jembatan dialog antaragama. Ia menegaskan bahwa pekerjaan dalam membangun perdamaian lintas iman masih panjang dan perlu terus diperjuangkan.
“Saya yakin penghargaan ini lebih besar dari apa yang sudah saya lakukan. Ini baru langkah awal dari perjalanan yang masih sangat panjang,” tuturnya.
Selain itu, Nasaruddin juga mengenang masa studinya di Amerika Serikat, termasuk pengalaman sebagai peneliti pascadoktoral di Georgetown University. Ia bahkan berada di AS saat tragedi 9/11 terjadi dan turut menggagas berdirinya IMAAM Center di Virginia, yang diresmikan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014.
Sejak 2023, Kementerian Agama melalui program Pendidikan Kader Ulama (PKU) telah mengirimkan puluhan mahasiswa magister dan doktor ke Hartford untuk mengikuti pelatihan intensif, termasuk dalam bidang riset keislaman dan tafsir Al-Qur’an. Nasaruddin menyebut pengalaman belajar di AS sebagai membaca buku besar yang hidup.
Menutup sambutannya, Menag mengusulkan pembentukan Indonesia Study Center di Hartford guna memperkuat kerja sama pendidikan dan keagamaan antara kedua negara.
“Pusat studi ini akan menjadi energi positif dalam membangun peradaban melalui pendidikan dan dialog antariman,” ungkapnya.
Baca Juga: Pemerintah Kaji Bioetanol Jadi Campuran BBM, Baru 3 Industri Siap Produksi Fuel Grade
Editor: Redaktur TVRINews