
Foto : BBC News
Penulis: Fityan
TVRINews, Kyiv, Ukraina
Zelensky Ungkap Serangan Masih Terjadi Meski Putin Janjikan Gencatan Senjata 30 Jam: Ukraina Siap Diam, Tapi Moskow Harus Konsisten.
Di tengah harapan akan jeda kemanusiaan selama Hari Paskah, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata sementara selama 30 jam, namun situasi di lapangan menunjukkan kenyataan yang berbeda. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut bahwa meski Moskow menjanjikan “perdamaian Paskah”, serangan dari pihak Rusia tetap berlanjut di beberapa wilayah perbatasan.
Putin menyatakan bahwa ia telah memerintahkan seluruh pasukan Rusia untuk menghentikan aktivitas militer dari Sabtu (19/4) malam hingga Minggu (20/4) pukul 22.00 waktu London (Senin pukul 00.00 waktu Moskow). Gencatan senjata ini diumumkan dengan alasan kemanusiaan dan menyambut perayaan Paskah Ortodoks. Namun, Putin juga menekankan bahwa pasukan Rusia harus tetap siap menghadapi “pelanggaran atau provokasi” dari pihak lawan.
Ukraina sendiri menyambut baik inisiatif gencatan senjata, namun mengungkapkan skeptisisme terhadap janji Moskow. Dalam pernyataannya di media sosial X (sebelumnya Twitter), Zelensky menulis bahwa Ukraina akan bertindak simetris terhadap tindakan Rusia. "Jika Rusia benar-benar ingin diam tanpa syarat, kami akan melakukan hal yang sama," tegasnya.
Namun Zelensky juga mengungkap bahwa pertempuran tetap terjadi di wilayah perbatasan Rusia seperti Kursk dan Belgorod. Pesawat nirawak milik Rusia masih terdeteksi aktif, meskipun di beberapa wilayah terdapat penurunan intensitas pertempuran. Zelensky bahkan menambahkan bahwa Ukraina bersedia memperpanjang masa tenang hingga 20 April, mengacu pada proposal gencatan senjata selama 30 hari yang sebelumnya diusulkan oleh Amerika Serikat dan telah disetujui oleh Kyiv.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha, juga merespons sinis pengumuman Putin. “30 jam bukannya 30 hari. Sayangnya, kami sudah terlalu sering mendengar janji Putin yang tidak pernah sejalan dengan tindakan nyata. Kami hanya akan percaya pada perbuatan, bukan kata-kata,” tulisnya.
Gencatan senjata ini diumumkan Putin dalam pertemuan dengan Kepala Staf Jenderal Rusia, Valery Gerasimov. Kementerian Pertahanan Rusia juga menyatakan bahwa pihaknya akan mematuhi gencatan senjata, “selama itu juga dihormati secara timbal balik oleh Ukraina”.
Namun, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa inisiatif semacam ini sering kali gagal. Gencatan senjata saat Natal Ortodoks Januari 2023 juga tidak berhasil karena kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan utuh.
Dari pihak Barat, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan, “Jika Putin sungguh serius menginginkan perdamaian, ia seharusnya mengakhiri invasi brutal ini secara penuh, bukan sekadar berhenti sehari.”
Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022 dan telah menyebabkan ratusan ribu korban jiwa, mayoritas di antaranya adalah prajurit dari kedua pihak. Sementara itu, AS terus mencoba menjadi mediator dalam konflik ini, namun hingga kini belum mencatatkan kemajuan berarti. Bulan lalu, Moskow menolak proposal gencatan senjata tanpa syarat yang telah disepakati antara AS dan Ukraina.
Presiden AS Donald Trump bahkan memberi ultimatum bahwa Washington tak akan lagi menjadi penengah jika tidak ada kemajuan cepat. “Kami tidak akan melanjutkan ini selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan ke depan. Ada prioritas lain yang harus difokuskan,” kata Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio.
Editor: Redaktur TVRINews
