
Gempuran Rudal Rusia di Kyiv, 21 Tewas dan Kantor Inggris-UE Hancur
Penulis: Fityan
TVRINews – KYIV, UKRAINA
Serangan Terparah Sejak KTT Alaska, Picu Kemarahan Internasional
Sebuah serangan rudal besar-besaran yang dilancarkan Rusia menghantam Ibu Kota Ukraina, Kyiv, pada Kamis (28/8) dini hari. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 21 orang, termasuk empat anak-anak, dan menyebabkan kerusakan parah pada kantor perwakilan Uni Eropa (UE) dan British Council.
Serangan ini disebut-sebut sebagai gempuran udara paling mematikan di Kyiv sejak pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska.
Serangan ini memicu respons cepat dari Inggris dan Uni Eropa, yang segera memanggil duta besar Rusia di negara masing-masing.
"Gempuran Putin semalam menewaskan warga sipil, menghancurkan rumah, dan merusak gedung, termasuk British Council dan Delegasi Uni Eropa di Kyiv," tulis Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, di platform X. "Kami telah memanggil duta besar Rusia. Pembunuhan dan penghancuran ini harus dihentikan."
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan Trump merasa "tidak senang tetapi tidak terkejut" dengan serangan itu, sambil mendesak "kedua belah pihak" untuk mengakhiri perang. Sementara itu, utusan khusus Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, mengkritik serangan tersebut karena "mengancam perdamaian" yang sedang diupayakan presiden.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan serangan tersebut adalah "respons yang jelas" kepada mereka yang menyerukan gencatan senjata dan diplomasi. "Rusia memilih rudal balistik, bukan meja perundingan," katanya.
Panglima Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan total 629 rudal dan drone. Meskipun sebagian besar berhasil dicegat, beberapa di antaranya berhasil lolos dan menghantam lebih dari 20 lokasi di sekitar Kyiv. Selain korban tewas, 38 orang lainnya dilaporkan terluka.
Para pejabat UE mengatakan dua rudal mendarat dalam jarak 50 meter dari kantor delegasi mereka hanya dalam waktu 20 detik, menyebabkan kerusakan parah akibat gelombang ledakan. Pihak British Council juga membagikan foto-foto kantor mereka yang hancur, dengan jendela dan pintu depan yang pecah.
Kanselir Jerman, Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, sama-sama menyatakan bahwa serangan ini menunjukkan Moskow tidak memiliki minat untuk bernegosiasi.
"Serangan intensif di Kyiv semalam menunjukkan siapa yang berada di pihak perdamaian dan siapa yang tidak berniat percaya pada jalur perundingan," kata Meloni.
Sebagai tanggapan, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengumumkan bahwa UE akan segera mengusulkan paket sanksi baru terhadap Rusia.
Meskipun demikian, Kremlin menegaskan bahwa mereka "masih tertarik" pada diplomasi, tetapi akan terus melanjutkan serangan terhadap Ukraina.
Baca juga: Mensesneg Minta Polisi Usut Tuntas Insiden Rantis Lindas Ojol di Jakarta
Editor: Redaksi TVRINews