
Foto: AP News
Penulis: Fityan
TVRINews – Sanaa,Yaman
Israel Mengklaim Serangan Udara Menghantam Infrastruktur Penting, Warga Sipil Jadi Korban
Serangan udara Israel yang menargetkan kelompok Houthi yang didukung Iran mengguncang ibu kota Yaman, Sana’a, pada Minggu, memicu eskalasi terbaru dalam konflik yang telah berlangsung lama. Serangan ini terjadi beberapa hari setelah kelompok pemberontak Houthi menembakkan rudal ke Israel, yang diklaim militer Israel sebagai rudal tandan (cluster bomb) pertama yang diluncurkan oleh Houthi sejak 2023.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi melaporkan bahwa setidaknya empat orang tewas dan 67 lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Kantor media Houthi, Al-Masirah, melaporkan serangan menargetkan sebuah perusahaan minyak, dan video di media sosial menunjukkan bola api besar meletus di lokasi tersebut.
Militer Israel menyatakan, mereka menyerang pembangkit listrik Asar dan Hizaz yang disebut sebagai "fasilitas pasokan listrik signifikan untuk kegiatan militer," serta sebuah situs militer di mana istana kepresidenan berada.
Warga Sana’a yang diwawancarai oleh The Associated Press (AP) menceritakan mereka mendengar ledakan kuat di dekat akademi militer yang ditutup dan istana kepresidenan. Mereka juga melihat kepulan asap di dekat Lapangan Sabeen, pusat pertemuan utama di ibu kota.
"Suara ledakan sangat kuat," ujar Hussein Mohamed, yang tinggal di dekat istana kepresidenan, kepada AP.
Ahmed al-Mekhlafy mengatakan ia merasakan kekuatan serangan tersebut. "Rumah berguncang, dan jendela-jendela pecah," katanya melalui telepon kepada AP.
Kelompok Houthi telah meluncurkan rudal dan drone ke arah Israel serta menargetkan kapal-kapal di Laut Merah selama lebih dari 22 bulan, sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di tengah perang Gaza.
Balas Dendam Tak Terhindarkan
Nasruddin Amer, wakil kepala kantor media Houthi, bersumpah untuk melanjutkan serangan terhadap Israel. Ia menulis di media sosial bahwa “operasi militer kami yang mendukung Gaza tidak akan berhenti, insya Allah, kecuali agresi dihentikan, dan pengepungan dicabut.”
Serangan Israel ini adalah yang pertama menghantam Yaman sejak seminggu yang lalu, ketika Israel mengklaim menargetkan infrastruktur energi yang diyakini digunakan oleh para pemberontak.
Serangan terbaru ini mengikuti klaim Houthi yang menembakkan rudal baru ke Israel pada Jumat lalu, yang menargetkan bandara terbesar negara itu, Ben Gurion. Tidak ada laporan kerusakan atau korban jiwa.
Militer Israel mengatakan rudal itu terfragmentasi di udara setelah beberapa upaya pencegatan. Seorang pejabat Angkatan Udara Israel, yang berbicara tanpa menyebut nama sesuai peraturan militer, menyebut proyektil Jumat lalu sebagai ancaman baru, sebuah rudal tandan yang dirancang untuk meledak menjadi beberapa bahan peledak saat benturan. Penggunaan rudal tandan membuat intersepsi lebih sulit dan menunjukkan teknologi tambahan yang diberikan kepada Houthi oleh Iran.
Ketegangan di Laut Merah dan Janji Netanyahu
Pejabat tersebut juga mengatakan lebih dari 10 jet tempur Israel melakukan serangan pada Minggu. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Israel terus "menerapkan blokade udara dan laut," tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sambutan yang disiarkan televisi mengatakan bahwa kelompok pemberontak itu "membayar harga mahal atas agresinya."
Serangan Houthi selama dua tahun terakhir telah mengganggu pelayaran di Laut Merah, di mana sekitar $1 triliun barang global melewati setiap tahunnya. Dari November 2023 hingga Desember 2024, Houthi telah menargetkan lebih dari 100 kapal komersial dan angkatan laut dengan rudal dan drone.
Para pemberontak menghentikan serangan selama gencatan senjata singkat di Gaza tahun ini dan kemudian menjadi sasaran kampanye serangan udara selama seminggu yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pada Mei lalu, Amerika Serikat mengumumkan kesepakatan dengan Houthi untuk mengakhiri serangan udara sebagai imbalan penghentian serangan terhadap pelayaran, meskipun para pemberontak mengatakan perjanjian tersebut tidak mencakup penghentian serangan terhadap target yang diyakini sejalan dengan Israel.
Bulan lalu, Houthi mengatakan akan menargetkan kapal dagang milik perusahaan mana pun yang berbisnis dengan pelabuhan Israel, tanpa memandang kebangsaan, sebagai bagian dari apa yang mereka sebut sebagai fase baru operasi melawan Israel.
Editor: Redaktur TVRINews