
Foto : BBC News
Penulis: Fityan
TVRINews – Den Haag
KTT NATO di Den Haag hanya berlangsung tiga jam, dipangkas demi selera Donald Trump. Isu penting soal Rusia hingga Ukraina justru disingkirkan demi kesan kompak.
Lebih dari 32 pemimpin dunia berkumpul di KTT NATO di Den Haag, namun hanya satu suara yang benar-benar menentukan arah pembicaraan: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Alih-alih membahas isu strategis seperti perang Ukraina atau strategi terhadap Rusia, KTT ini justru dikoreksi sedemikian rupa agar cocok dengan selera sang presiden.
Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, memilih jalan kompromi total. Agenda rapat utama dipangkas menjadi hanya tiga jam, dengan komunike akhir hanya sepanjang lima paragraf jumlah yang sangat tidak lazim untuk pertemuan sebesar ini.
“Trump ingin tampil sebagai pemenang. Jadi, yang disajikan adalah komitmen naiknya belanja pertahanan negara-negara Eropa. Ini menu utama yang ia minta,” kata Ed Arnold, analis pertahanan dari think tank RUSI.
Trump: Bintang Tunggal di Panggung Multilateral
Sejak periode pertamanya, Trump memang tidak menyukai organisasi multilateral. Ia pernah secara terang-terangan mempertanyakan prinsip utama NATO, yakni pertahanan kolektif. Ia juga menuding negara Eropa berhutang besar pada AS karena tidak memenuhi komitmen pengeluaran militer 2% dari PDB.
Kini, di tengah tekanan invasi Rusia ke Ukraina, Trump kembali menuntut agar anggota NATO menaikkan anggaran militernya hingga 5% dari PDB. Sebagian negara seperti Polandia, Estonia, dan Lituania mulai mendekati angka tersebut karena ancaman langsung dari Rusia. Namun sebagian besar negara masih tertinggal jauh, bahkan belum mencapai target lama 2%.
“Banyak pemimpin Eropa sebenarnya sadar bahwa ini langkah yang perlu, meski menyakitkan. Tapi cara Trump menyampaikannya memang ‘menendang’,” ujar Kurt Volker, mantan duta besar AS untuk NATO.
Rutte Siapkan Kompromi, Tapi Banyak yang Kabur dari Topik
Agar tidak terlalu keras, Rutte menyiapkan formula baru: belanja pertahanan inti 3,5% dari PDB, plus 1,5% tambahan untuk pengeluaran infrastruktur pertahanan. Tapi definisinya sangat longgar bisa termasuk pembangunan jembatan atau rel kereta, yang menurut Arnold berisiko jadi "akuntansi kreatif".
Ironisnya, isu paling genting justru sengaja dikesampingkan: strategi menghadapi Rusia, dan perang Ukraina. Bahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky hanya diundang dalam jamuan makan malam, tanpa akses ke pembahasan utama Dewan Atlantik Utara.
“Di bawah Trump, AS tidak lagi melihat keamanan Ukraina sebagai hal vital bagi keamanan Eropa,” kata Volker.
Biaya Fantastis, Hasil Minim?
Dengan total biaya mencapai €183,4 juta (sekitar Rp3,3 triliun), KTT ini menjadi yang termahal dalam sejarah NATO, dengan pengamanan terbesar oleh Kepolisian Belanda.
Namun dengan banyak isu sensitif disapu di bawah karpet hanya demi menghindari konflik dengan Trump, publik bertanya: Apa hasil nyatanya?
Mark Rutte berharap debutnya sebagai Sekjen NATO akan berjalan "pendek dan manis". Namun dengan Trump tetap di pusat perhatian, dan perpecahan strategi makin nyata, ancaman terbesar justru bisa muncul dari dalam aliansi itu sendiri.
Baca Juga: Houthi-Iran Kompak Gempur Israel, Laut Merah Terancam Blokade
Editor: Redaktur TVRINews
