
Foto: BBC News
Penulis: Fityan
TVRINews – Kabul Afghanistan
Warga Korban Gempa Tidur di Alam Terbuka, Bantuan Terhambat Akses yang Terputus. Otoritas Sebut Jumlah Korban Bisa Bertambah Drastis.
Ratusan korban tewas dan ribuan lainnya terluka akibat gempa bumi dahsyat yang melanda Afghanistan timur. Gempa berkekuatan 6,0 SR tersebut membuat penduduk yang selamat harus melewati malam di alam terbuka, sementara tim penyelamat berjuang mencapai wilayah terisolasi.
Faridullah Fazli, seorang warga Asadabad, Provinsi Kunar, menceritakan kengerian saat gempa mengguncang rumahnya. "Ada gempa yang sangat kuat, disertai suara-suara yang sangat menakutkan," katanya kepada BBC. "Kami tidak bisa tidur sampai pagi. Setelah gempa, masih ada gempa-gempa kecil susulan."
Sebagian besar korban jiwa tercatat di Provinsi Kunar, wilayah pegunungan yang paling dekat dengan pusat gempa. Otoritas setempat memperingatkan bahwa jumlah korban bisa meningkat drastis mengingat banyak desa yang hancur total.
"Seluruh desa rata dengan tanah, jalan menuju daerah pegunungan yang terpencil masih tertutup," ujar seorang pejabat Taliban di Provinsi Kunar. "Prioritas kami sekarang bukan mencari korban tewas di bawah reruntuhan, melainkan menjangkau mereka yang terluka."
Krisis Akses dan Bantuan
Wilayah yang terdampak, termasuk Kunar, dikenal sebagai daerah pegunungan yang terjal dengan jalur jalan yang sulit. Kondisi ini diperparah oleh banjir dan tanah longsor yang terjadi beberapa hari terakhir, yang memblokir akses ke banyak lokasi. Akibatnya, tim penyelamat pemerintah hanya bisa menggunakan helikopter untuk mencapai area terdampak, dimulai pada Senin (1/9) pagi.
Banyak korban dilaporkan terjebak di bawah reruntuhan selama berjam-jam dan meninggal sebelum bantuan tiba. Syed Raheem, salah satu relawan penyelamat, mengungkapkan kekhawatiran masih ada warga yang terperangkap. "Beberapa orang mengirim pesan kepada kami bahwa ada rumah yang hancur, dan beberapa orang masih berada di bawah batu-batu," tuturnya kepada BBC.
Di rumah sakit utama Jalalabad, pemandangan kacau terjadi ketika para korban luka dan keluarga yang kebingungan mencari kerabat mereka. Seorang dokter mengatakan sekitar 460 korban dibawa ke sana, dengan 250 di antaranya harus dirawat.
Ancaman Pasca Gempa dan Krisis Lanjutan
Joy Singhal, juru bicara regional Palang Merah kepada Al Jazeera, menyatakan bahwa para korban yang selamat takut untuk kembali ke rumah mereka karena khawatir akan adanya gempa susulan. Jumlah tenda yang tersedia di wilayah tersebut juga tidak memadai.
Bencana ini datang di tengah kondisi Afghanistan yang sudah terpuruk akibat kekeringan parah, pemotongan bantuan, dan krisis kelaparan. Badan Pangan Dunia PBB (WFP) menggambarkan situasi ini sebagai krisis kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejumlah negara, termasuk Tiongkok, India, Inggris, dan Swiss, telah menjanjikan bantuan. Namun, akses ke beberapa wilayah masih terputus dan fasilitas kesehatan lokal kewalahan. Bantuan darurat dari Inggris akan disalurkan kepada Dana Kependudukan PBB (UNFPA) dan Palang Merah.
Peristiwa ini juga menyoroti kerentanan Afghanistan yang terletak di atas sejumlah patahan lempeng tektonik. Gempa dangkal yang terjadi pada kedalaman 8 km inilah yang membuatnya sangat mematikan dan terasa hingga 140 km di ibu kota Kabul, bahkan ke Pakistan.
Baca juga: Pasca Kerusuhan dan Kebakaran Halte TJ, Pedagang Pasar Senen Kembali Berjualan
Editor: Redaksi TVRINews