
Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dalam KTT Darurat ( Foto : Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)
Penulis: Fityan
TVRINews – Doha, Qatar
Pernyataan keras di KTT Arab-Islam, menyebut serangan di ibu kota sebagai "pengkhianatan".
KTT Arab-Islam darurat di Doha, Qatar, menjadi panggung bagi pidato keras Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Dalam pidatonya, Sheikh Tamim bersumpah akan "melawan agresi Israel" dan menuduh Tel Aviv berupaya menggagalkan perundingan gencatan senjata di Gaza. Ia juga memperingatkan ambisi ekspansionis Israel di kawasan.
Tuduhan terhadap Israel Emir Qatar secara tegas mengutuk serangan udara yang menargetkan Doha minggu lalu, yang menewaskan enam orang dan melukai puluhan lainnya. Serangan itu menghantam sebuah kediaman yang menampung keluarga para pemimpin Hamas. "Ibu kota negara saya menjadi sasaran serangan pengecut, pengkhianat, dan keji," ujar Sheikh Tamim dalam pidato pembukaan KTT darurat Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
"Kami bertekad melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan kami dan menghadapi agresi Israel," tegasnya, dikutip dari laporan Al Jazeera.
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, yang oleh Doha disebut sebagai "terorisme negara," terjadi saat para pemimpin Hamas berkumpul untuk membahas proposal gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat.
Gagalkan Negosiasi dan Genosida
Sheikh Tamim juga menuduh Israel tidak memiliki niat tulus untuk berdamai. Ia menyebut serangan Israel bertujuan untuk "menggagalkan negosiasi" yang berusaha mengakhiri perang di Gaza, di mana lebih dari 64.800 warga Palestina telah tewas. "Siapa pun yang secara terus-menerus dan sistematis menargetkan pihak yang bernegosiasi, berarti berupaya menggagalkan negosiasi," katanya.
Lebih lanjut, ia menuding Israel melancarkan perang yang bertujuan menghancurkan Gaza dan membuat wilayah itu tidak layak huni sebagai langkah awal untuk mengusir penduduknya. "Perang Israel di Gaza telah berubah menjadi perang pemusnahan," ujarnya.
Ancaman dan Respons Internasional
Serangan Israel ke Doha menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk PBB dan sekutu dekat Israel, Amerika Serikat. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB, menyatakan bahwa Doha tidak akan menoleransi pelanggaran kedaulatan lebih lanjut. "Israel merusak stabilitas kawasan secara sembrono," katanya.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu justru mengancam akan menyerang para pemimpin Hamas lagi jika Qatar tidak mengusir mereka. Netanyahu menegaskan Israel akan menyerang Hamas "di mana pun mereka berada," seperti yang disampaikannya dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.
Menolak Inisiatif Perdamaian
Sheikh Tamim juga menyinggung penolakan Israel terhadap Inisiatif Perdamaian Arab, yang pertama kali diusulkan pada tahun 2002. Inisiatif ini menawarkan normalisasi penuh hubungan dengan negara-negara Arab sebagai imbalan penarikan diri Israel dari wilayah pendudukan. "Jika Israel menerima Inisiatif Perdamaian Arab, itu akan menyelamatkan seluruh kawasan dari tragedi yang tak terhitung jumlahnya," kata Emir Qatar.
Sebagai tanggapan, Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang mencakup Qatar, berjanji untuk "mengaktifkan mekanisme pertahanan bersama" dan telah memberikan instruksi kepada Komando Militer Terpadu untuk mengambil tindakan eksekutif yang diperlukan.
KTT darurat ini menghasilkan pernyataan yang menyimpulkan bahwa agresi Israel yang brutal merusak prospek perdamaian di kawasan. Para pemimpin yang hadir juga menyerukan akuntabilitas internasional dan meminta komunitas internasional untuk mengambil tindakan mendesak guna menghentikan serangan Israel. Mereka juga mendesak negara-negara anggota OKI untuk memeriksa apakah keanggotaan Israel di PBB sesuai dengan kewajibannya berdasarkan Piagam PBB.
Editor: Redaksi TVRINews