
Foto : AP News
Penulis: Fityan
TVRInews – Ankara,Turki
Langkah Erdogan memperkuat produksi rudal Turki dinilai sebagai strategi penguatan daya gentar nasional, sekaligus refleksi atas kekhawatiran regional terhadap perang terbuka di Timur Tengah.
Konflik bersenjata antara Israel dan Iran, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengambil langkah strategis dengan memerintahkan percepatan produksi rudal jarak menengah dan jauh.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam rapat kabinet awal pekan ini, yang kemudian diperkuat dalam pidatonya beberapa hari kemudian mengenai ketahanan industri pertahanan dalam negeri. Erdogan menyebut bahwa Turki akan membangun kekuatan militer hingga level di mana “tak ada satu pun negara yang berani bersikap keras terhadap kami.”
Langkah ini mencuat di tengah ketegangan yang meningkat di kawasan, pasca serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran dan berbagai balasan dari Teheran. Erdogan menyebut penguatan rudal sebagai bagian dari strategi daya gentar menyeluruh, terutama di sektor udara, yang dinilai sebagai kelemahan relatif Turki meski memiliki angkatan bersenjata terbesar kedua di NATO.
Eskalasi Regional dan Kekhawatiran Domestik
Meski tidak terlihat adanya ancaman langsung ke Turki, para pengamat menilai langkah Erdogan mencerminkan kekhawatiran bahwa konflik Israel-Iran bisa berubah menjadi perlombaan senjata baru di kawasan.
“Pemerintah Turki sedang menyesuaikan diri dengan ‘permainan baru’ di Timur Tengah: perlombaan senjata yang meningkat,” ujar Ahmet Kasim Han, guru besar hubungan internasional di Universitas Beykoz, Istanbul. Ia menambahkan, Israel dan AS telah menciptakan standar tinggi dalam perang udara, mendorong negara-negara lain termasuk Turki untuk menutup kesenjangan teknologi.
Sementara itu, Ozgur Unluhisarcikli, analis dari German Marshall Fund, menyoroti bahwa Turki memang kuat dalam hal jumlah pasukan, tetapi lemah dalam pertahanan udara. “Konflik yang berlangsung sekarang menunjukkan betapa pentingnya keunggulan udara, termasuk sistem rudal dan pertahanan udara,” katanya.
Hubungan Memburuk dengan Israel dan Diplomasi Energi
Turki dan Israel, yang pernah menjadi sekutu dekat, kini terjebak dalam hubungan yang renggang, khususnya sejak perang Gaza meletus pada 2023. Erdogan menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menyebut tindakan Israel terhadap Iran sebagai “provokasi yang membahayakan kestabilan kawasan.”
Namun, dalam telepon dengan Kanselir Jerman Friedrich Merz pada Jumat lalu, Erdogan menegaskan bahwa krisis nuklir Iran hanya bisa diselesaikan melalui jalur diplomatik. Ia juga menyampaikan kesediaan Turki menjadi fasilitator dalam perundingan lanjutan terkait program nuklir Iran.
Kekhawatiran utama Turki, menurut para pejabat, bukan hanya soal ancaman langsung, tetapi juga potensi disrupsi energi dan gelombang pengungsi dari Iran — negara yang berbatasan langsung sepanjang 560 kilometer dengan Turki. Turki sangat bergantung pada impor energi, termasuk gas dan minyak dari Iran. Ketegangan yang berkepanjangan dapat menaikkan harga minyak global, memicu inflasi, dan menambah tekanan terhadap ekonomi Turki yang sedang rapuh.
Antara Ancaman Nyata dan Simbolisme Politik
Di dalam negeri, sejumlah politisi nasionalis seperti Devlet Bahçeli, sekutu Erdogan dari Partai Gerakan Nasionalis (MHP), menyebut bahwa Israel sedang berusaha “mengepung” Turki secara strategis. Meski tidak disertai bukti spesifik, pernyataan ini dinilai sebagai bagian dari penguatan narasi nasionalisme dan penggalangan dukungan publik yang kian anti-Israel.
“Pernyataan seperti itu lebih ditujukan untuk konsumsi domestik ketimbang mencerminkan strategi kebijakan luar negeri,” jelas Ahmet Kasim Han, menambahkan bahwa kemungkinan konfrontasi langsung antara Israel dan Turki sangat kecil.
Langkah Erdogan mempercepat produksi rudal bukan hanya respons terhadap situasi regional, tetapi juga strategi domestik untuk memperkuat posisi politik di tengah tekanan ekonomi dan meningkatnya sentimen publik terhadap isu Timur Tengah.
Meski tidak secara eksplisit menyasar Israel, peningkatan kemampuan rudal ini menandai fase baru dalam postur militer Turki: lebih mandiri, lebih ofensif secara retorik, dan siap memainkan peran yang lebih besar baik dalam konflik kawasan maupun arena diplomasi global.
Editor : Redaksi TVRINews
Baca Juga: Iran Beri Peringatan Keras kepada Donald Trump
Editor: Redaksi TVRINews