
Gedung pemerintah Ukraina yang di serang rusia Minggu 7/9 (Foto : Telegram/svyrydenkoy)
Penulis: Fityan
TVRINews – Kyiv, Ukraina
Serangan 'Tanpa Ampun' Rusia Hantam Gedung Pemerintah Pusat Kyiv, Zelensky Kecam Upaya Perpanjang Perang
Ibu kota Ukraina, Kyiv, kembali menjadi sasaran serangan besar-besaran dari Rusia minggu )7/9). Yang mengejutkan, serangan ini untuk pertama kalinya menghantam gedung utama pemerintahan Ukraina. Insiden ini terjadi di tengah kecaman keras dari Presiden Volodymyr Zelensky yang menyebut serangan tersebut sebagai "kejahatan yang disengaja" dan upaya untuk "memperpanjang perang."
Perdana Menteri Ukraina, Yulia Svyrydenko, mengonfirmasi bahwa atap dan lantai atas gedung utama pemerintahan rusak parah dan terbakar akibat serangan rudal atau drone musuh. "Ini adalah serangan yang kejam," kata Svyrydenko. Meskipun demikian, ia tidak merinci siapa saja korban di dalam gedung, namun serangan di berbagai kota Ukraina menewaskan sedikitnya empat warga sipil, termasuk seorang bayi dan seorang wanita muda yang tewas di gedung apartemen di distrik Svyatoshynsky.
Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan rekor lebih dari 800 drone dan rudal dalam serangan semalam. Sembilan rudal dan 56 drone berhasil mengenai 37 lokasi, dengan puing-puing jatuh di delapan lokasi berbeda.
Zelensky Kecam Kriminalitas dan Ajak Dunia Bertindak
Presiden Zelensky menyatakan bahwa serangan ini juga menyebabkan kerusakan signifikan di kota Zaporizhzhia, Kryvyi Rih, dan Odesa, serta di wilayah Sumy dan Chernihiv. Melalui unggahan di media sosial, Zelensky mengecam keras tindakan ini.
"Pembunuhan seperti ini sekarang, di saat diplomasi sejati seharusnya sudah dimulai sejak lama, adalah kejahatan yang disengaja dan upaya untuk memperpanjang perang," tulis Zelensky. Ia mendesak para pemimpin dunia untuk menunjukkan kemauan politik agar menghentikan serangan brutal ini.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa mereka menargetkan kompleks industri militer dan infrastruktur transportasi Ukraina, yang mengakibatkan kerusakan pada gudang senjata dan peralatan militer.
Serangan Simbolis yang Mengguncang Kyiv
Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menduga bahwa drone yang mengenai gedung kabinet kemungkinan besar adalah drone Rusia yang tidak sengaja mengenai target setelah dicegat. "Di distrik Pechersk, sebuah bangunan pemerintah terbakar akibat kemungkinan ditembaknya drone musuh," tulisnya di Telegram.
Analis BBC News, Paul Adams, yang berada di lokasi, melaporkan bahwa serangan ini adalah "serangan simbolis yang sangat jelas." Ia mencatat, pusat kota Kyiv sangat dilindungi sejak awal invasi, sehingga tidak pernah ada gedung pemerintah yang terkena serangan.
"Serangan ini akan mengguncang warga Kyiv. Ini juga menunjukkan dengan jelas bahwa pembicaraan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kesiapan untuk berdamai hanyalah gertakan. Dia tidak akan berhenti. Sebaliknya, Rusia semakin mengintensifkan serangannya," ujar Adams.
Di sebuah gedung apartemen di Kyiv yang terkena serangan, seorang wanita bernama Valentina, yang selamat bersama suaminya, mengungkapkan kesedihannya. "Setidaknya kami masih hidup," katanya sambil berduka atas kematian tetangganya, seorang wanita muda dan bayinya.
Selain itu, pemain sepak bola Ukraina, Georgiy Sudakov, membagikan foto dan video kerusakan parah di apartemennya di Kyiv. Ia mengatakan apartemennya terkena serangan drone saat istri dan anak-anaknya berada di dalamnya. Meskipun Sudakov tidak bersama keluarganya saat itu, ia tidak menyebutkan apakah keluarga kecilnya terluka.
Respons Internasional dan Peringatan
Serangan ini memicu respons keras dari komunitas internasional. Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengutuk serangan tersebut, menyatakan bahwa insiden ini menunjukkan "Putin yakin dia dapat bertindak tanpa hukuman" dan "tidak serius tentang perdamaian."
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan bahwa 26 sekutu Ukraina telah berkomitmen untuk mengerahkan pasukan "melalui darat, laut, atau udara" untuk memberikan jaminan keamanan setelah pertempuran berhenti.
Namun, Putin menanggapi inisiatif sekutu tersebut dengan peringatan tegas, bahwa setiap pasukan yang dikerahkan ke Ukraina akan menjadi "target yang sah."
Editor: Redaksi TVRINews