
Menlu Retno Marsudi saat menghadiri KTT SDGs Summit, 18 September 2023. Dok. Kemlu
Penulis: Intan Kw
TVRINews, New York
Salah satu alasan lambatnya kemajuan pencapaian pembangunan berkelanjutan (SDGs) adalah lambatnya pendanaan, dimana pendanaan pembangunan adalah aspek yang tidak terpisahkan dari pencapaian SDGs.
“Salah satu alasan lambatnya kemajuan pencapaian SDGs adalah lambatnya pendanaan, kita semua tahu.
Dan menurut Sekjen PBB, kesenjangan pendanaan SDGs di tingkat global sebelum pandemi sudah mencapai USD2.5 miliar per tahun. Angka ini drastis naik sejak pandemi,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam Press Briefing Sidang Majelis Umum PBB ke-78, di New York, Amerika, Rabu, 20 September 2023.
“Jadi gap-nya dari USD 2.5 menjadi 4.5 miliar per tahun,” lanjutnya.
Retno yang hadir dalam pertemuan High Level Dialogue on Financing for Development: Interactive Roundtable menyampaikan, pendanaan sangat penting untuk pencapaian SDGs, untuk membuat pencapaian SDGs on-track, terutama di negara-negara Global South.
Untuk itu perlu diciptakan sebuah lingkungan yang kondusif dan juga pendanaan inovatif.
“Dua hal yang mendesak yang perlu ditangani. Pertama, saya sampaikan kita perlu segera mengatasi ketidakadilan ekonomi dunia karena kita lihat tata kelola ekonomi global ketinggalan zaman dan perlu direformasi,” ucap Retno.
“Ini sudah disampakan pada saat pembukaan SMU PBB, terutama oleh Sekjen ASEAN. Kenapa ini perlu dilakukan? Agar lebih fit for purpose dan memperhatikan kepentingan negara berkembang,” jelasnya.
Kedua adalah perlunya pendanaan inovatif. Yang sudah dilakukan Indonesia.
“Saya memberikan contoh antara lain sukuk hijau, keuangan islami, SDGs bond, blended finance, dan yang lainnya. Dan iklim investasi yang kondusif perlu diciptakan agar inisiatif-inisiatif tersebut dapat terlaksana dan membuahkan hasil,” ujar Retno.
Oleh karena itu, Retno menekankan pentingnya kemitraan pemerintah, swasta, dan lembaga internasional untuk mendorong pencapaian SDGs.
Editor: Redaktur TVRINews