
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berpose untuk usai wawancara dengan Reuters di Istana Alvorada, di Brasilia, Brasil, 6/8 ( foto : REUTERS/Adriano Machado )
Penulis: Fityan
TVRINews – Brasilia
Hubungan Memburuk Brasil-AS, Lula: Trump Tak Ingin Berunding
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan sikap tegasnya terkait memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat. Menyusul lonjakan tarif AS hingga 50% terhadap produk Brasil, Lula menyatakan tidak ada ruang untuk negosiasi langsung dengan Presiden AS Donald Trump.
Dalam wawancara eksklusif dengan Reuters, Lula secara lugas menyebut bahwa ia "tidak akan menghinakan diri" untuk menghubungi Gedung Putih. "Saat intuisi saya mengatakan Trump siap berbicara, saya tidak akan ragu meneleponnya," kata Lula. "Tapi hari ini, intuisi saya mengatakan dia tidak mau bicara. Dan saya tidak akan mempermalukan diri sendiri," tambahnya.
Meskipun tarif baru ini menjadi salah satu yang tertinggi yang diterapkan oleh Trump, dampaknya diperkirakan tidak akan menjatuhkan ekonomi terbesar di Amerika Latin itu. Hal ini memberikan ruang bagi Lula untuk tetap teguh pada pendiriannya.
Lula juga menggambarkan hubungan kedua negara berada pada titik terendah dalam 200 tahun terakhir, terutama setelah Trump mengaitkan tarif baru dengan tuntutannya agar proses hukum terhadap mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro dihentikan. Lula mengecam campur tangan ini, menyebut Bolsonaro sebagai "pengkhianat tanah air" karena memprovokasi intervensi AS.
"Apa yang Trump lakukan terhadap [Presiden] Zelenskiy adalah penghinaan. Itu tidak normal. Apa yang Trump lakukan terhadap [Presiden] Ramaphosa adalah penghinaan," tegas Lula. "Satu presiden tidak bisa mempermalukan presiden lainnya. Saya menghormati semua orang dan saya menuntut rasa hormat," imbuhnya.
Lula mengungkapkan bahwa pemerintahannya saat ini fokus pada kebijakan domestik untuk meredam dampak ekonomi dari tarif AS. Ia juga berencana untuk menghubungi para pemimpin BRICS untuk membahas kemungkinan respons bersama. "Tidak ada koordinasi di antara BRICS, tapi akan ada," ujar Lula, membandingkan kekuatan tindakan multilateral dengan kekuatan tawar-menawar kolektif di masa serikat buruhnya.
Editor : Redaksi TVRINews
Editor: Redaksi TVRINews