Penulis: Lina Sim
TVRINews-Vatikan
Dari Katedral Hingga Gaza, Pesan Damai Terakhir Sang Paus Menggema di Tengah Konflik Dunia. Indonesia Menjadi Kenangan Manis dalam Napas-Napas Terakhir Pemimpin Katolik Dunia Ini.
OBITUARI-Lima Hari Sudah rasa duka mengguncang dunia. Pemimpin tertinggi umat Katolik sekaligus kepala negara Vatikan, Paus Fransiskus, berpulang ke rumah Bapa di usia 88 tahun. Beliau wafat pada Senin (21/4) pagi waktu setempat di kediamannya, Casa Santa Marta, hanya sehari setelah menyampaikan ucapan Selamat Paskah kepada ribuan umat di Lapangan Santo Petrus.
Kondisi kesehatan Paus, yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio, memang memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Sejak Februari lalu, beliau dirawat intensif di Rumah Sakit Gemelli, Roma, akibat pneumonia di kedua paru-parunya penyakit yang semakin sulit ia lawan setelah sebagian paru-parunya pernah diangkat saat muda.
Namun, di tengah keterbatasan fisik itu, Paus Fransiskus tak pernah berhenti menyuarakan damai. Dalam pidato Paskah terakhirnya pada Minggu (20/4), beliau menegaskan: “Tidak ada perdamaian tanpa kebebasan beragama, berpikir, dan berekspresi.” Pesan ini, yang juga menyinggung penderitaan warga Gaza dan meningkatnya antisemitisme global, kini menjadi warisan spiritualnya yang abadi.
Sebagai Paus pertama dari Amerika Latin dan non-Eropa dalam 1.200 tahun terakhir, Fransiskus memimpin Gereja Katolik sejak 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI. Dalam masa kepausannya, ia dikenal sebagai tokoh reformis yang lembut namun tegas: mengunjungi negara-negara mayoritas Muslim, menyerukan dialog lintas agama, hingga menandatangani Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan bersama Imam Besar Al-Azhar di Uni Emirat Arab.
Indonesia pun punya kenangan mendalam. Kunjungan bersejarahnya pada September 2024 menjadi oase spiritual bagi ribuan umat. Paus Fransiskus menginap sederhana di Kedubes Vatikan, mengunjungi Terowongan Silaturahim Istiqlal-Katedral, dan memimpin misa akbar di Stadion GBK yang dihadiri hampir 70 ribu umat Katolik. Dalam khotbahnya, beliau menekankan pentingnya menjadi pendengar yang taat terhadap ajaran Tuhan serta hidup dalam damai dan kerukunan.
Kini, dunia menundukkan kepala. Jenazah Paus telah disemayamkan di Basilika Santo Petrus dan akan dimakam kan sabtu (26/4) Suara damainya masih menggema, dari Vatikan, Gaza, hingga Jakarta.
Warisan terbesarnya bukan hanya dokumen atau keputusan, melainkan teladan hidup sederhana, lintas batas, dan suara kasih yang tak pernah padam.
Editor: Redaktur TVRINews