
Kondisi Banjir di Tenda Pengungsi Jalur Gaza pada Hari ini Kamis 11 Desember 2025 pukul 2:04 waktu Gaza. (Foto: Al Jazeera)
Penulis: Fityan
TVRINews – Gaza
Badai Musim Dingin Landa Gaza, PBB Desak Israel Segera Izinkan Bantuan Peralatan Darurat
Badai musim dingin yang parah, dijuluki Badai Byron, kini melanda Jalur Gaza, mengancam keselamatan ratusan ribu warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan hidup dalam kondisi pengungsian darurat.
Laporan dari lapangan menunjukkan banyak tenda pengungsi sudah kebanjiran, memaksa keluarga-keluarga mencari tempat berlindung di lokasi yang lebih kering.
Pejabat dan pekerja kemanusiaan memperingatkan bahwa Badai Byron, yang diperkirakan membawa banjir bandang, angin kencang, dan hujan es hingga hari Jumat 12 Desember 2025, akan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mendalam di wilayah yang terkepung ini.
Banyak dari mereka yang terdampak adalah pengungsi internal yang tinggal di tenda-tenda, bangunan sementara, atau struktur yang rusak akibat perang Israel.
Panggilan Darurat dan Keterbatasan Sumber Daya
Di Rafah, wilayah selatan, Badan Pertahanan Sipil Palestina telah menerima panggilan darurat dari kamp-kamp pengungsian. Mereka melaporkan adanya “tenda-tenda kebanjiran dan keluarga-keluarga terjebak di dalamnya akibat hujan lebat.”
“Meskipun sumber daya kami terbatas dan kurangnya peralatan yang diperlukan, tim kami bekerja tanpa lelah untuk menjangkau mereka yang membutuhkan dan memberikan bantuan,” ujar badan penyelamat tersebut melalui saluran Telegram Kamis 11 Desember 2025.
Cuplikan video yang beredar di media sosial dan telah diverifikasi menunjukkan upaya warga Palestina yang putus asa menggali parit di sekitar tenda-tenda untuk mencegah air masuk.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), hampir 850.000 orang yang berlindung di 761 lokasi pengungsian menghadapi risiko banjir tertinggi. OCHA mencatat bahwa banjir sebelumnya telah melanda lebih dari 200 lokasi berisiko tinggi, berdampak pada lebih dari 140.000 orang.
Kendala Bantuan dan Risiko Kontaminasi
Amjad Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina, menyatakan bahwa pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan dan peralatan telah membuat Gaza tidak siap menghadapi badai.
"Hanya 40.000 tenda yang diizinkan masuk, padahal kebutuhan mencapai 300.000. Peralatan yang kemungkinan dibutuhkan untuk perbaikan sistem pembuangan limbah dan jaringan air juga dibatasi," kata Shawa.
Banjir berpotensi serius menyebabkan limbah dan sampah padat mencemari air minum atau persediaan makanan, yang meningkatkan risiko penyakit di Jalur Gaza yang padat penduduk.
“Jika Israel mengizinkan masuknya pasokan, situasinya akan berbeda. Tapi untuk saat ini, mereka telah melakukan segala yang mereka bisa untuk mempersulit hidup warga Palestina,” tambah Shawa.
Senada dengan itu, Chris McIntosh, penasihat respons kemanusiaan Oxfam, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa situasi di Gaza sangat tragis.
"Birokrasi yang berlarut-larut mencegah kami membawa tempat tinggal yang memadai bagi warga di Gaza," kata McIntosh.
“Israel tidak mengizinkan tenda masuk ke Gaza selama berbulan-bulan. Satu-satunya yang mereka izinkan saat ini adalah beberapa terpal, yang tidak akan banyak membantu bagi orang-orang yang membutuhkan tempat berlindung yang layak.”
Dia memperkirakan bahwa banyak pengungsi akan terpaksa mencari tempat kering di dalam bangunan yang hancur karena dibom, yang memiliki risiko tinggi untuk runtuh di tengah perkiraan hujan lebat dan angin kencang.
PBB Mendesak Tindakan Global
Farhan Haq, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, memperingatkan bahwa kelompok rentan, termasuk bayi baru lahir, berada dalam risiko khusus dari badai musim dingin yang datang. Haq melaporkan bahwa sekitar 200 keluarga diperkirakan tiba di lokasi pengungsian baru di timur Khan Younis, melarikan diri dari risiko banjir di lokasi mereka sebelumnya.
"Keluarga-keluarga ini mengambil keputusan untuk pindah mengingat dampak dari seringnya hujan dan risiko banjir," ungkapnya.
Di tengah situasi ini, Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki, mengutuk kelambanan global.
“Warga Palestina di Gaza benar-benar dibiarkan sendirian, membeku dan kelaparan dalam badai musim dingin,” tulisnya di media sosial X. “Saya terus bertanya bagaimana kita bisa menjadi monster, tidak mampu menghentikan mimpi buruk ini.”
Editor: Redaksi TVRINews
