
Afrika Selatan Serukan Kerja Sama di G20 di Tengah Ketegangan Perang Ukraina
Penulis: Fityan
TVRINews, Johannesburg
Pertemuan para menteri luar negeri G20 di Afrika Selatan dibuka dengan seruan kuat untuk kerja sama di tengah ketegangan geopolitik yang semakin dalam, terutama terkait perang di Ukraina.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, menegaskan bahwa multilateralisme dan hukum internasional harus tetap menjadi landasan dalam menghadapi berbagai krisis dunia.
“Prinsip Piagam PBB, multilateralisme, dan hukum internasional harus menjadi perekat yang menyatukan kita,” ujar Ramaphosa dalam pidato pembukaannya pada Kamis, 20 Februari 2025.
Namun, ia juga mengakui bahwa ketidaksepakatan di antara negara-negara besar, termasuk di dalam G20, semakin memperburuk situasi global yang sudah rapuh.
Ketegangan meningkat dengan ketidakhadiran Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, setelah sebelumnya mengecam agenda yang telah disepakati terkait keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.
Presiden AS Donald Trump kemudian memperburuk keadaan dengan memangkas bantuan untuk Afrika Selatan akibat perselisihan mengenai upaya negara itu mengatasi ketidakadilan rasial dalam kepemilikan tanah serta kasus genosida yang diajukannya terhadap Israel di Mahkamah Internasional.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov hadir dalam pertemuan tersebut, bersama dengan para pejabat dari negara-negara Uni Eropa yang tetap berkomitmen mendukung Ukraina dan mengutuk agresi Rusia.
Sementara itu, perubahan kebijakan drastis dari pemerintahan Trump yang ingin merundingkan kesepakatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai Ukraina menimbulkan keresahan di antara pemimpin Eropa dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Dalam situasi yang penuh ketegangan ini, Ramaphosa mengingatkan bahwa kerja sama adalah kekuatan terbesar dunia. “Mari kita mencari titik temu melalui dialog yang konstruktif,” serunya.
Ia juga menegaskan bahwa G20 harus tetap menjadi pendukung solusi diplomatik terhadap berbagai konflik yang berkecamuk, mulai dari Ukraina, Sudan, Sahel, hingga Gaza, yang terus membawa penderitaan besar bagi manusia dan memperburuk ketidakstabilan global.
Baca Juga: Australia dan Selandia Baru Waspadai Pergerakan Tiga Kapal Perang China
Editor: Redaktur TVRINews