
Foto : REUTERS/SAUDI PRESS AGENCY
Penulis: Fityan
TVRINews – Jakarta
Pemerintah Arab Saudi kini lebih mementingkan pendekatan bisnis dalam pengelolaan haji, ungkap Menag.
Pemerintah Arab Saudi berencana menghapus kuota haji, sebuah langkah strategis yang didorong oleh pendekatan bisnis dan pengembangan infrastruktur besar-besaran. Rencana ini diungkapkan oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, yang menyebutkan bahwa Arab Saudi kini fokus untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor haji.
Berbicara dalam acara State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report di Gedung Kementerian PPN/Bappenas, Nasaruddin menjelaskan, "Saudi Arabia ini sekarang pendekatannya juga sangat, katakanlah, bisnis oriented. Konsultannya juga adalah konsultan dari orang-orang yang terkenal dari Amerika." Ia menambahkan bahwa hal ini juga yang menjadi alasan mengapa Arab Saudi tidak akan membatasi jumlah jemaah haji di masa depan.
Nasaruddin mengatakan, fokus utama perbaikan infrastruktur adalah di kawasan Mina, yang selama ini menjadi penyebab utama masalah dalam pelaksanaan haji. Selama ini, Mina dikenal padat dan jemaah harus memakai tenda. Namun, ke depan, kawasan ini akan diubah secara drastis.
Baca Juga: Delapan Tewas di Kelab Malam Ekuador, Kartel Narkoba Diduga Dalangnya
"Ada rencana dalam waktu tidak lama, Mina yang menjadi hambatan itu nanti akan ditingkat menjadi 8 lantai, tidak lagi pakai tenda," tutur Nasaruddin. Selain itu, kawasan Mina juga akan dilengkapi dengan jalan layang untuk meningkatkan kelancaran mobilitas.
Selain Mina, pembangunan juga akan dilakukan di kawasan suci lainnya. Jamarat, tempat melempar jumrah, akan ditingkatkan menjadi 5 lantai. Sementara itu, Masjidil Haram dan area sekitarnya akan diperluas dengan memangkas gunung-gunung di sekitarnya. "Gunung-gunung itu dipangkas kemudian sampai ke Jabal Omar," imbuh menteri.
Dengan perluasan fasilitas ini, Nasaruddin meyakini daftar tunggu haji yang kini sangat panjang akan diperpendek. Sebab, kapasitas untuk menampung jemaah akan jauh lebih besar. Rencana ini tentu membawa angin segar bagi jemaah di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang memiliki daftar tunggu terpanjang.
Sebagai perbandingan, pada tahun 2024, kuota haji Indonesia mencapai rekor 241.000 jemaah. Namun, pada tahun 2025 ini, kuota tersebut berkurang menjadi 221.000 jemaah. Dengan adanya perubahan kebijakan dan pembangunan infrastruktur oleh Arab Saudi, diharapkan jumlah jemaah yang bisa berangkat setiap tahun akan meningkat drastis, sehingga waktu tunggu yang semula puluhan tahun bisa berkurang secara signifikan.
Editor: Redaktur TVRINews