
Foto : Vatikan News
Penulis: Fityan
TVRINews – Vatikan
Dalam Keterbatasannya, Paus Fransiskus Titipkan Pesan Mendalam: Mari Jadi Penjaga dan Pembawa Harapan Paskah di Tengah Dunia yang Terluka
Dalam suasana khidmat penuh makna di Basilika Santo Petrus, Sabtu (19/4) malam waktu Vatikan, umat Katolik merayakan Vigili Paskah, momen sakral untuk mengenang kebangkitan Kristus. Meski tak secara langsung memimpin liturgi akibat masih dalam masa pemulihan dari gangguan pernapasan, Paus Fransiskus tetap hadir secara simbolis dan spiritual, menyampaikan pesan yang menggugah melalui homili yang dibacakan oleh Kardinal Giovanni Battista Re.
Dalam homilinya, Paus mengingatkan bahwa “cahaya kebangkitan” bukan sekadar simbol religius, melainkan nyata menyinari setiap langkah umat manusia di tengah gelapnya sejarah dan penderitaan dunia. “Cahaya itu menuntun kita satu langkah demi langkah, menembus kegelapan sejarah dan bersinar dalam hati kita,” ujar Kardinal Re, membacakan kata-kata Sang Paus di hadapan lebih dari lima ribu umat yang memadati Basilika dan area di sekitarnya.
Benih Terang yang Tumbuh dalam Iman
Paus Fransiskus menekankan bahwa kebangkitan Kristus bukanlah perayaan yang penuh kemenangan kosong, melainkan ajakan untuk memiliki iman yang rendah hati. Ia menyebutnya sebagai “benih terang” yang perlahan tumbuh dalam hati yang kadang masih dihuni oleh keraguan dan gelapnya penderitaan. “Dalam sejarah dunia yang masih penuh luka, kuasa kebangkitan terus bekerja, dan kita dipanggil untuk menjaganya agar tumbuh,” tulisnya.
Harapan Paskah di Tahun Yubileum
Mengaitkan pesan Paskah dengan momentum Tahun Yubileum yang sedang dijalani Gereja, Paus mengajak umat untuk sungguh merasakan panggilan batin agar harapan Paskah tumbuh dan mekar. “Jangan biarkan kekerasan dan bayang-bayang kematian membungkam cahaya harapan,” serunya. “Cahaya itu tetap bersinar diam-diam, bahkan di tengah kegelapan. Hidup baru telah dijanjikan, dunia yang dibebaskan menanti kita, dan awal yang baru selalu mungkin—sebab Kristus telah menang atas maut.”
Menjadi Pembawa Harapan di Dunia Luka
Pesan Paus berakhir dengan ajakan reflektif: agar setiap pribadi menjadi pembawa harapan, bahkan dalam tindakan paling kecil. “Baik lewat kata-kata, kasih sayang, atau tindakan harian sederhana, seluruh hidup kita bisa menjadi kehadiran harapan,” katanya.
Tak lupa, Paus juga menyoroti penderitaan konkret di dunia: perempuan yang dihina dan dibunuh, anak-anak yang disiksa, korban perang, mereka yang belum sempat lahir. “Kepada mereka semua, mari kita bawa harapan Paskah,” tegasnya.
Malam itu, meski suara Sang Paus tidak langsung terdengar di mimbar, gema pesannya tetap menembus hati para umat, mengingatkan bahwa terang Paskah tak pernah padam—ia menyala di setiap jiwa yang bersedia menjaganya, sekecil apa pun cahayanya.
Baca Juga: Putin Umumkan ‘Perdamaian Paskah’, Tapi Serangan Rusia Tetap Berlanjut
Editor: Redaktur TVRINews
