
Warga Yaman lakukan unjuk rasa solidaritas dengan warga Palestina di Ibu kota Sana'a yang dikuasai Houthi 31/8 (Foto: AFP)
Penulis: Fityan
TVRINews - Sana'a, Yaman
Setelah Serangan Israel Tewaskan PM Houthi, Gelombang Penangkapan Terjadi di Sanaa dan Hodeida, Kecaman Mengalir dari PBB.
Otoritas Houthi di Yaman dilaporkan menahan sedikitnya 11 pekerja PBB dalam serangkaian penangkapan yang dilakukan di kantor-kantor PBB di Sana'a dan Hodeida. Insiden ini terjadi beberapa hari setelah serangan udara Israel menewaskan perdana menteri kelompok tersebut.
Menurut pernyataan PBB, gelombang penangkapan ini terjadi pada Minggu (31/8 saat pasukan Houthi melakukan penggerebekan di beberapa properti milik PBB. Tidak ada komentar resmi langsung dari pihak Houthi. Namun, kelompok yang didukung Iran ini sebelumnya pernah menahan pekerja bantuan internasional, sering kali menuduh mereka bekerja sebagai mata-mata.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, mengecam keras tindakan tersebut. "Saya sangat mengutuk gelombang baru penahanan sewenang-wenang terhadap personel PBB hari ini di Sana'a dan Hodeida... serta pembobolan paksa ke dalam properti PBB dan penyitaan aset PBB," kata Grundberg dalam sebuah pernyataan.
Grundberg menambahkan bahwa setidaknya 11 personel PBB telah ditahan, dan menuntut pembebasan mereka "segera dan tanpa syarat." Ia mencatat bahwa Houthi sudah menahan 23 personel PBB lainnya, beberapa di antaranya telah ditahan sejak 2021 dan 2023. Pada Januari lalu, delapan pekerja PBB juga sempat ditahan.
Secara terpisah, Sekjen PBB Antonio Guterres menyuarakan kecaman serupa. "Saya mengutuk keras pembobolan paksa ke dalam properti Program Pangan Dunia (WFP), penyitaan aset PBB, dan upaya untuk masuk ke properti PBB lainnya di Sana'a," katanya, menekankan seruan untuk pembebasan segera para staf yang ditahan.
Tuduhan Spionase dan Serangan Israel
Penangkapan terbaru ini menyusul serangan udara Israel pada Kamis (29/8) yang menewaskan Perdana Menteri Houthi, Ahmed Ghaleb Nasser al-Rahawi, bersama dengan beberapa pejabat lainnya. Pasca-serangan tersebut, sumber keamanan di Sanaa mengonfirmasi bahwa Houthi telah menangkap puluhan orang di Sanaa dan wilayah lain "atas dugaan kolaborasi dengan Israel."
Kelompok Houthi sebelumnya menuduh bahwa penangkapan yang dilakukan pada Juni 2024 menargetkan "jaringan mata-mata Amerika-Israel" yang beroperasi di bawah kedok organisasi kemanusiaan. Klaim ini dibantah keras oleh PBB.
Seorang warga Sanaa yang enggan disebutkan namanya menyebut serangan Israel sebagai "serangan pengecut dan brutal," sambil menyatakan kekecewaannya melihat sebagian warga Yaman justru merayakan kekerasan tersebut. Sementara warga lain, yang diidentifikasi sebagai Ali, mengutuknya sebagai "serangan terang-terangan... terhadap kedaulatan negara kami."
Kematian al-Rahawi, yang merupakan pejabat Houthi paling senior yang tewas selama perang di Gaza, mendorong kelompok ini untuk bersumpah akan mengintensifkan serangan terhadap Israel.
Baca juga: Hadiri KTT SCO 2025, Menlu Sugiono Sampaikan Pesan Presiden Prabowo ke Pemerintah China
Editor: Redaksi TVRINews