Penulis: Fityan
TVRINews – Beijing
Ajang Pamer Kekuatan Militer, Pesan untuk Barat, dan Potret Aliansi Baru
Tepat pada perayaan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, China menampilkan parade kemenangan monumental yang dihadiri oleh para pemimpin dunia yang menjadi sorotan: Presiden Xi Jinping berdiri gagah berdampingan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Momen langka ini, yang digadang-gadang sebagai "potret yang kuat," mengirimkan sinyal tegas ke seluruh penjuru dunia, terutama negara-negara Barat yang menolak hadir. Parade ini bukan hanya sekadar peringatan sejarah, melainkan juga panggung geopolitik untuk memproyeksikan kekuatan China di bawah kepemimpinan Xi Jinping.
Menurut koresponden senior The Guardian di China, Amy Hawkins, parade ini "juga merupakan pesan kepada Barat, menunjukkan kekuatan geopolitik China." Kehadiran para pemimpin dari negara-negara yang kerap berkonflik dengan Barat, seperti Iran, Myanmar, dan Belarusia, semakin menegaskan polarisasi global yang kian menguat.
Kekuatan Militer China di Puncak Kejayaan
Diperkirakan lebih dari 100 pesawat terbang dan puluhan ribu tentara ikut ambil bagian dalam parade yang berlangsung selama 70 menit ini. Kendaraan tempur darat, laut, dan udara, termasuk persenjataan strategis dan drone canggih, dipamerkan di depan para tamu kehormatan.
Pakar militer mengamati setiap detail parade untuk melihat peningkatan teknologi persenjataan China. Sejak menjabat, Xi Jinping memang menjadikan penguatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai prioritas utama, dan parade ini menjadi bukti nyata ambisi tersebut.
"Ini adalah parade militer besar pertama di negara ini sejak 2019 dan peringatan 70 tahun berdirinya komunis China," kata Ima Caldwell, koresponden langsung BBC News di lapangan. "Para analis akan mencermati parade ini untuk mencari tanda-tanda peningkatan perangkat keras militer China."
Siapa Saja yang Hadir?
Dari 26 kepala negara yang menghadiri acara ini, beberapa nama menarik perhatian, termasuk Indonesia, yang diwakili oleh Menteri luar negeri Sugiono karena Presiden Prabowo Subianto. Masihh harus focus dengan kondisi didalam negeri. Selainn Indonesia para pemimpin dari negara-negara Asia Tenggara dan Asia Tengah, menunjukkan jangkauan diplomatik China yang luas.
Sebaliknya, para pemimpin dari Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang, dan India tidak terlihat. Hanya Serbia dan Slovakia yang mewakili negara-negara Barat dalam daftar tamu yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China.
Daftar lengkap tamu undangan ini, yang mencakup presiden dari Azerbaijan hingga Perdana Menteri dari Malaysia, mencerminkan aliansi yang dibangun China, yang sebagian besar terdiri dari negara-negara di luar pengaruh AS dan sekutunya.
Parade ini menjadi simbol kuat bahwa China tidak berdiri sendiri. Dengan dukungan dari negara-negara kuat seperti Rusia dan Korea Utara, Beijing mengirimkan pesan yang tak bisa diabaikan: mereka siap menantang dominasi global yang ada.
Baca juga: Trump Umumkan 11 'Narkoteroris' Tewas dalam Serangan AS di Karibia
Editor: Redaksi TVRINews