Penulis: Fityan
TVRINews – Roma
Dari Buenos Aires ke Vatikan, dari Jorge ke Paus: Warisan Tak Terlupakan Pemimpin 1,4 Miliar Umat Katolik yang Lahir dari Keluarga Sederhana
Dunia kehilangan sosok pemimpin spiritual yang penuh kasih, inklusif, dan progresif. Paus Fransiskus. pemimpin Gereja Katolik yang dikenal karena keberpihakan pada kaum marginal dan semangat reformasi dalam gereja meninggal dunia pada 21 April Kabar duka ini disampaikan secara resmi oleh dokter Vatikan, Andrea Arcangeli..
Lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, Paus Fransiskus adalah putra dari pasangan imigran asal Italia, Mario dan Regina Bergoglio. Ayahnya bekerja sebagai seorang akuntan, sementara sang ibu dikenal sebagai sosok istri yang sangat berdedikasi untuk keluarganya.
Dalam riwayat hidupnya, Jorge adalah anak sulung dari lima bersaudara. Ketika terpilih menjadi paus pada tahun 2013, menjadi paus pertama dari benua Amerika dan juga paus pertama dari luar Eropa dalam lebih dari seribu tahun. ia hanya memiliki satu saudara kandung yang masih hidup, María Elena Bergoglio, yang kala itu berusia 64 tahun.
Maria, atau yang akrab disapa Mariaela, sempat mengungkapkan bahwa ia berharap sang kakak tidak menjadi paus. "Saya ingin dia pulang ke rumah. Saya tidak ingin dia tinggal di sana," ujarnya kepada National Catholic Reporter pada 2013. Namun, Maria juga menggambarkan kakaknya sebagai sosok yang sangat teguh dan memiliki keyakinan kuat yang tak tergoyahkan. “Tidak ada yang bisa memaksanya berkompromi dengan apa yang ia yakini,” kata Maria penuh bangga.
Meski mereka tidak sempat bertemu langsung setelah Jorge menjadi Paus, hubungan mereka tetap hangat lewat komunikasi jarak jauh. Menurut surat kabar La Nación, Maria kini dalam kondisi kesehatan yang menurun dan dirawat oleh para suster, sehingga belum diketahui apakah ia akan hadir dalam upacara pemakaman kakaknya.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN en Español, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa keluarganya sangat besar. Saat terpilih sebagai paus, ia bahkan sempat bercanda kepada sang adik, “Tolong sampaikan cinta saya kepada seluruh keluarga. Kalau saya harus menelepon satu-satu, bisa-bisa kas Vatikan habis,” katanya.
Paus Fransiskus, sesuai dengan hukum Gereja Katolik modern, tidak menikah dan tidak memiliki anak, karena ia menjalani kaul selibat sebagaimana yang diwajibkan bagi para imam. Meski begitu, cintanya kepada anak-anak begitu besar. Ia bahkan menulis buku berjudul "Dear Pope Francis", yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan polos dan menyentuh dari anak-anak di seluruh dunia. “Beberapa lucu, beberapa serius, dan beberapa bisa diam-diam menghancurkan hatimu,” tulis sinopsis buku tersebut.
Paus Fransiskus memilih namanya sebagai penghormatan kepada St. Fransiskus dari Assisi, seorang biarawan Italia abad ke-13 yang dikenal karena kesederhanaan dan cintanya pada ciptaan. "Saya menginginkan gereja yang miskin dan untuk orang miskin," kata Fransiskus saat itu , pernyataan yang terus menjadi kompas moralnya selama lebih dari satu dekade memimpin lebih dari 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Kini, ketika para pelayat dari berbagai belahan dunia mengantre memberikan penghormatan terakhir, warisan Paus Fransiskus tetap hidup tidak hanya dalam ajaran, tetapi dalam tindakan nyata terhadap kemanusiaan.
Baca Juga: Bukan Para Raja, Tapi Kaum Papa yang Menyentuh Paus Terakhir Kali
Editor: Redaktur TVRINews
