
Foto : BBC News
Penulis: Fityan
TVRINews - Kanada
Mantan Gubernur Bank Sentral Jadi PM Kanada, Siap Hadapi Trump dan Ubah Arah Perang Dagang Global
Mark Carney resmi memenangkan pemilu Kanada dan kini bersiap mengubah peta ekonomi global. Mantan Gubernur Bank Sentral Inggris dan Kanada itu tidak hanya menjanjikan stabilitas, tetapi juga menghadirkan arah baru bagi Kanada dalam menghadapi ketegangan dagang yang terus meningkat, terutama dengan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Carney, yang dulunya dikenal sebagai teknokrat pendiam dan ahli krisis moneter, kini menjelma menjadi orator politik yang penuh percaya diri. Dalam sebuah sesi kampanye terakhirnya di Victoria, Pulau Vancouver, ia bergurau di depan pendukungnya, “Saya berkampanye dengan prosa, dan saya akan memerintah dengan econometrics.”
Namun di balik candaannya, Carney membawa misi serius: menanggapi ancaman terhadap kedaulatan dan ekonomi Kanada yang menurutnya semakin nyata. Dalam wawancara eksklusif dengan BBC saat pemungutan suara berlangsung, Carney mengatakan bahwa hanya dirinya yang mampu melawan “pengkhianatan ekonomi” dari Trump.
Salah satu lokasi kampanye terakhirnya dilakukan tepat di perbatasan AS-Kanada, dengan latar belakang Jembatan Ambassador dan langit Detroit yang dipenuhi logo industri otomotif raksasa. Lokasi ini dipilih secara simbolis menunjukkan betapa pentingnya jalur perdagangan antara kedua negara yang kini semakin terancam oleh tarif keamanan nasional dari AS.
Kemenangan yang Tak Terduga :
Kemenangan Carney terbilang mengejutkan. Dua bulan sebelum pemilihan, Partai Liberal hanya meraih 16% dukungan dalam survei, jauh di bawah Partai Konservatif yang dipimpin Pierre Poilievre dengan 45%. Namun semuanya berubah ketika Trump kembali memberlakukan tarif tinggi terhadap Kanada, dengan alasan keamanan nasional dan isu perdagangan fentanil.
Masyarakat Kanada pun bersatu. Ketakutan terhadap intervensi Trump membuat para pemilih condong ke Carney, yang secara strategis menempatkan dirinya sebagai “perisai ekonomi” negara. Bahkan di Quebec yang dikenal dengan semangat separatisnya—dukungan untuk Liberal meningkat, lebih karena kekhawatiran akan dominasi AS ketimbang isu otonomi lokal.
Carney berhasil merangkul pemilih sayap kiri yang was-was dengan gaya pemerintahan ala Trump, sementara rivalnya, Poilievre, justru terseret karena kedekatannya dengan mantan presiden AS itu.
Agenda Strategis Carney :
Dalam wawancaranya, Carney menyatakan bahwa Kanada akan tetap terbuka untuk kerja sama dengan AS, tapi dalam kerangka “win-win” dan bukan relasi timpang. Ia menekankan bahwa Kanada adalah klien terbesar bagi 40 dari 50 negara bagian di AS, dan juga pemasok penting energi serta pupuk.
Ia juga menyebutkan potensi besar Kanada dalam pasokan mineral penting yang dibutuhkan oleh industri global, dan mengisyaratkan bahwa aliansi strategis mungkin akan dibentuk lebih erat dengan Eropa ketimbang AS. Hal ini menjadi sinyal bahwa Kanada kini mulai menyusun ulang peta aliansi ekonomi globalnya.
Bahkan, Carney telah mengindikasikan bahwa perjanjian dagang Kanada-Inggris yang selama ini tersendat, bisa segera dilanjutkan.
Langkah simbolis lain yang mengejutkan adalah pengumuman bahwa Raja Charles akan membuka kembali Parlemen Kanada secara langsung pada akhir bulan ini suatu peristiwa yang terakhir terjadi pada 1977. Ini bukan hanya konstitusional, tetapi juga pesan tegas: Kanada tetap berdiri independen dari Gedung Putih.
Menatap G7 dan Tantangan Besar :
Pertemuan G7 yang akan digelar pada Juni di Alberta menjadi panggung besar pertama bagi Carney sebagai pemimpin dunia. Dunia menanti bagaimana ia akan memimpin diskusi mengenai ketegangan dagang global, termasuk nasib tarif “resiprokal” besar-besaran yang akan kembali diberlakukan.
Jika Trump hadir, pertemuan itu akan berlangsung di tengah kondisi ekonomi AS yang mulai melemah akibat tarif tampak dari meningkatnya biaya hidup dan pelabuhan di Pantai Barat yang semakin kosong dari kapal kargo.
Kanada dan Meksiko pun masih bergulat dengan tarif fentanil, yang jika dicabut, justru akan memasukkan mereka ke dalam sistem tarif umum AS sebesar minimal 10%. Negara-negara sekutu AS, termasuk Jepang dan Uni Eropa, juga mulai frustrasi dengan pendekatan sepihak Washington.
Bagi banyak analis pasar, Carney yang sudah berpengalaman menghadapi krisis moneter global dipandang lebih bisa diandalkan ketimbang para penasihat ekonomi Trump yang dinilai tidak meyakinkan.
Namun Carney juga menghadapi tantangan internal: ia gagal mendapatkan mayoritas mutlak di parlemen. Tapi dengan mengusung pendekatan “Team Canada,” ia berharap bisa membangun kerja sama lintas partai untuk memperkuat posisi dalam negosiasi internasional.
Premier Alberta, yang dikenal dekat dengan Trump dan Mar-a-Lago, bahkan langsung mengusulkan aturan yang mempermudah referendum pemisahan. Artinya, Carney harus piawai menavigasi antara menjaga kesatuan domestik dan membentuk posisi strategis Kanada di kancah global.
Baca Juga: Gelombang Anti-Trump Tumbangkan Oposisi: Albanese Menang Telak di Australia
Editor: Redaktur TVRINews
