
Foto : BBC News
Writer: Fityan
TVRINews – Singapura
Di tengah kekhawatiran global, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi, partai pimpinan Lawrence Wong memborong 87 dari 97 kursi parlemen. Mandat besar ini menjadi sinyal kuat bahwa rakyat Singapura masih menaruh kepercayaan pada pengalaman dan stabilitas.
Pemilu Singapura baru saja menghasilkan kejutan yang sesungguhnya Partai Aksi Rakyat (People’s Action Party/PAP) kembali memenangi pemilu secara telak. Dipimpin oleh Perdana Menteri Lawrence Wong yang menjalani pemilu pertamanya sebagai ketua partai, PAP meraih 65,6 persen suara dan mengamankan hampir seluruh kursi di parlemen 87 dari total 97 kursi.
Meskipun sebelumnya PAP sempat kehilangan sebagian suara dalam pemilu-pemilu sebelumnya, hasil Sabtu malam ini menunjukkan kembalinya dominasi partai tengah-kanan tersebut. Kemenangan ini terjadi di tengah kekhawatiran warga atas tingginya biaya hidup, stagnasi upah, serta ketidakpastian prospek kerja.
Sementara itu, Partai Buruh (Workers’ Party/WP) yang menjadi oposisi utama tetap mempertahankan 10 kursi yang mereka kuasai, meskipun gagal memperluas pengaruhnya di parlemen.
PAP telah memerintah Singapura sejak 1959, menjadikannya salah satu partai politik dengan masa kekuasaan terpanjang di dunia. Dukungan kuat masih datang terutama dari generasi yang menyaksikan pertumbuhan pesat negara tersebut di bawah kepemimpinan PAP.
Namun demikian, tak sedikit kritik yang dilayangkan terhadap dominasi PAP, termasuk dugaan gerrymandering, kontrol ketat terhadap media, dan sistem yang dinilai memberikan keunggulan tidak adil bagi partai penguasa.
Meski begitu, banyak warga yang melihat pemilu kali ini sebagai “pelarian menuju kestabilan”, terutama di tengah ketidakpastian global seperti perang dagang AS-Tiongkok, konflik di Ukraina dan Gaza, serta kekhawatiran resesi akibat gangguan rantai pasok dan inflasi yang sempat melonjak.
Kampanye PAP pun fokus pada pesan utama: "mengemudikan Singapura melewati badai", sebuah retorika yang digaungkan berulang oleh PM Wong. Ia juga memperingatkan bahwa menambah jumlah oposisi bisa membuatnya kehilangan menteri-menteri berpengalaman saat negara justru memerlukan kepemimpinan solid.
Meski sempat dilanda sejumlah skandal termasuk yang melibatkan menteri kabinet, isu-isu tersebut nyaris tidak menjadi bahan utama kampanye. Sebaliknya, kepemimpinan Wong saat menjadi kepala gugus tugas Covid-19 tampaknya memperkuat citra dirinya sebagai pemimpin yang tenang di tengah krisis.
Sementara itu Kubu oposisi sendiri terkesan terpencar. Sebanyak 10 partai menantang PAP, namun hanya WP yang tampil solid, meskipun juga menghadapi kasus kontroversial yang menyeret pemimpinnya Pritam Singh dan seorang mantan anggota parlemen. Meski dinyatakan bersalah karena berbohong di parlemen, sebagian besar pendukung WP menilai kasus tersebut bermuatan politis.
Singapura tetap menjadi salah satu ekonomi paling terbuka dan terhubung di dunia, hasil pemilu ini mempertegas bahwa rakyat Singapura lebih memilih jalur aman dan stabil di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.
Baca Juga: Pemilu Kanada : Mark Carney Menang! Dunia Dagang Bergejolak
Editor: Redaktur TVRINews
